Pengertian Sistem Reproduksi Wanita
Setiap wanita memiliki
sistem reproduksi yang terdiri dari organ kelamin luar dan organ kelamin dalam.
Organ kelamin luar dan organ kelamin dalam, sebagian besar terletak dalam
rongga panggul. Organ kelamin luar pada wanita mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu:
a. Sebagai jalan masuk
sperma ke dalam tubuh wanita
b. Sebagai pelindung
organ kelamin dalam dari mikroorganisme penyebab infeksi.
Fungsi sistem reproduksi
wanita dikendalikan atau dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotropin atau
steroid dari:
poros hormonal thalamus
– hipothalamus – hipofisis – adrenal – ovarium.
Selain itu terdapat
organ atau sistem ekstragonad atau ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh
siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
Organ kelamin luar
(vulva) ini dibatasi oleh labium mayor yang terdiri dari kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea (penghasil minyak). Ketika memasuki masa puber, labium mayor
tersebut akan ditumbuhi rambut.
Selain labium mayor, ada
pula labium minor yang terletak tepat di sebelah dalam dari labium mayor yang
mengelilingi lubang vagina dan uretra. Di samping itu, pada bagian organ
kelamin luar terdapat saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan
dengan dunia luar. Hal ini memudahkan mikroorganisme penyebab penyakit bisa
masuk dan menyebabkan infeksi kandungan. Mikroorganisme ini biasanya ditularkan
melalui hubungan seksual
A. GENITALIA EKSTERNAL
1. Vulva
Tampak dari luar (mulai
dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora,
labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum,
kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
2. Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian
anterior symphisis os pubis.
Pada masa pubertas
daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
3. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan
mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena.
Homolog embriologik
dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum
uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah
perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
4. Labia minora
Lipatan jaringan tipis
di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh
darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
5. Clitoris
Terdiri dari caput/glans
clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang
tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik
dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat
sensitif.
6. Vestibulum
Daerah dengan batas atas
clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus
urogenital.
Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus
glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet
dan vagina terdapat fossa navicularis.
7. Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah
vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput
dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat
lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat,
oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen
dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya
berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis
adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan
/ para.
Hymen yang abnormal,
misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang
vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia
interna.
8. Vagina
Rongga muskulomembranosa
berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai
ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix,
dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral
kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang
elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina : untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi
(persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk
dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis
yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh
(G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina,
sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
9. Perineum
Daerah antara tepi bawah
vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani,
m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra).
Perineal body adalah
raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir
dan mencegah ruptur.
B. GENITALIA INTERNAL
1. Uterus
Suatu organ muskular
berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan
berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat
persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus,
isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari:
-
Corpus
-
Fundus
-
Cornu
-
isthmus
dan serviks uteri.
2. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus,
terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan
pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan
jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga
vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang.
Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica.
Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein
kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan
mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
3. Corpus uteri
Terdiri dari : paling
luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di
intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis
(dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular),
serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan
runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas
vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus
terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan
wanita.
4. Ligamenta penyangga
uterus
Ligamentum latum uteri,
ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum
sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,
ligamentum rectouterina.
5. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri
uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang
aorta abdominalis.
6. Salping / Tuba
Falopii
Embriologik uterus dan
tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm,
berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri
tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan
epitel bersilia.
Terdiri dari pars
interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda
pada setiap bagiannya (gambar).
7. Pars isthmica
(proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan
lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
8. Pars ampularis
(medial/ampula)
Tempat yang sering
terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik
(patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars
infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan
fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan
ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
9. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga
tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
10. Ovarium
Organ endokrin berbentuk
oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi
mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri
dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam
pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran
ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna
folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars
infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap”
ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh
ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat
mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap
arteri renalis.
ORGAN REPRODUKSI ATAU ORGAN SEKSUAL EKSTRAGONADAL
1. Payudara
Seluruh susunan kelenjar
payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang
sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap
lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin
memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang
bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi,
dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pascapersalinan.
Kulit daerah payudara
sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.
2. Kulit
Di berbagai area
tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan responsif
secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam.
Protein di kulit
mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal
kulit) yang berfungsi sebagai ‘parfum’ daya tarik seksual (androstenol dan
androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur).
Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.
C. POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI
1. Badan pineal
Suatu kelenjar kecil,
panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari bagian posterior
ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di
depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan
hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-serabut
saraf. Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai “tempat roh”.
Hormon melatonin
berfungsi untuk mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya
melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat juga
sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan sekresi
hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu atau onset
mulainya fase pubertas.
2. Hipotalamus
Kumpulan nukleus pada
daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus.
Tiap inti merupakan satu
berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior
(neurohipofisis).
Menghasilkan
hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin
Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH (Growth
Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga
hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor).
3. Pituitari / hipofisis
Terletak di dalam sella
turcica tulang sphenoid.
Menghasilkan
hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu
perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH – Follicle Stimulating
Hormone) dan hormon lutein (LH – luteinizing hormone).
Selain hormon-hormon
gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme,
pertumbuhan, dan lain-lain. (detail2, cari / baca sendiri yaaa…)
4. Ovarium
Berfungsi gametogenesis
/ oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum).
Selain itu juga
berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel)
dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon
gonadotropin.
5. Endometrium
Lapisan dalam dinding
kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi.
Selama siklus haid,
jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian
jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa
darah / jaringan haid.
Jika ada pembuahan /
implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi.
Fisiologi endometrium
juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.
Histological appearance
of endometrial tissues during the menstrual cycle.
A. Normal proliferative
(postmenstrual) endometrium, showing small, tube-like pattern of glands.
B. Early secretory
(postovulatory) endometrium, with prominent subnuclear vacuoles, alignment of
nuclei, and active secretions by the endometrial glands.
C. Late secretory
(premenstrual) endometrium, with predecidual stromal changes.
D. Menstrual
endometrium, with disintegration of stroma atau glands structures and stromal
hemorrhage
D. HORMON-HORMON
REPRODUKSI
1. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
Diproduksi di
hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior
untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).
2. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel
basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu
pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita
(pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik /
pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak
ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel
granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.
3. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell
Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel
kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan
folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya
ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH
meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam
menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga
periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu
paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
(Pada pria : LH memicu
sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis).
4. Estrogen
Estrogen (alami)
diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer,
dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui
konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan,
diproduksi juga oleh plasenta.
Berfungsi stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi
wanita.
-
Pada uterus :
menyebabkan proliferasi endometrium.
-
Pada serviks : menyebabkan
pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
-
Pada vagina :
menyebabkan proliferasi epitel vagina.
-
Pada payudara :
menstimulasi pertumbuhan payudara.
-
Juga
mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen
juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang.
Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis,
dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
5. Progesteron
Progesteron (alami)
diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di
kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan
terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus,
yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika
terjadi implantasi.
6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak
usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin
meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml),
kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali
sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan
dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid
terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi
imunologik.
Deteksi HCG pada darah
atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes
Galli Mainini, tes Pack, dsb).
7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis
anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air
susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan
sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan,
prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen).
Fungsi laktogenik /
laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan.
Prolaktin juga memiliki
efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan
(hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan
ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.
D. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
Setelah kelahiran bayi
dan pengeluaran plasenta, ibu mengalami suatu periode pemulihan kembali kondisi
fisik dan psikologisnya. (Ball 1994, Hytten 1995)
Yang diharapkan pada
periode 6 minggu setelah melahirkan adalah semua system dalam tubuh ibu akan
pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan sebelum hamil
(Beischer dan Mackay 1986, Cunningham et al 1993)
A. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI
1.Sistem Reproduksi pada
Masa Kehamilan
a.Uterus
Tumbuh membesar primer,
maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Estrogen
menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas / kelenturan
uterus. Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
1) tidak hamil / normal :
sebesar telur ayam (+ 30 g)
2) kehamilan 8 minggu :
telur bebek
3) kehamilan 12 minggu :
telur angsa
4)
kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
5) kehamilan 20 minggu :
pinggir bawah pusat
6) kehamilan 24 minggu :
pinggir atas pusat
7) kehamilan 28 minggu :
sepertiga pusat-xyphoid
8) kehamilan 32 minggu :
pertengahan
pusat-xyphoid
9) 36-42 minggu :
3 sampai 1 jari bawah xyphoid
Ismus uteri, bagian dari
serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan, pada kehamilan trimester I
memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan
korpus, dan pada kehamilan akhir di atas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus.
Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan
perlunakan akibat progesteron. Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan
memberikan gejala keputihan.
b.Vagina / vulva
Terjadi
hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah
kebiruan.
c. Ovarium
Sejak kehamilan 16
minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron
dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi
siklus hormonal menstruasi.
B. SISTEM REPRODUKSI PADA MASA NIFAS
Walaupun istilah
involusi saat ini telah digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang terjadi
pada setiap organ dan saluran reproduktif, kadang lebih banyak mengarah secara
spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah ke ukurannya. (Varney’s
Midwivery)
Dalam masa nifas,
alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genital ini dalam
keseluruhannya disebut involusi.(Ilmu
Kebidanan, Prof, Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo, SpOG)
Perubahan yang terjadi
di dalam tubuh seorang wanita sangatlah menakjubkan. Uterus atau rahim yang
berbobot 60 gram sebelum kehamilan secara perlahan-lahan bertambah besarnya
hingga 1 kg selama masa kehamilan dan setelah persalinan akan kembali ke
keadaan sebelum hamil. Seorang bidan dapat membantu ibu untuk memahami
perubahan-perubahan ini.
a.Involusi Uterus
Involusi uterus atau
pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan
sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum
hamil.
Involusi uterus
melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua/endometrium dan pengelupasan
lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan
berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochia.
Proses involusi uterus
adalah sebagai berikut :
1)Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh
kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi
2)Autolysis
Autolysis merupakan
proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim
proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga
10 kali panjangnya dari semula dan lima
kali lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
3)Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan
terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
Penurunan ukuran uterus
yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar
dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Segera setelah proses
persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari jalan
atas diantara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik ke tingkat umbilicus
dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu atau dua hari dan kemudian secara
berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi
di atas simfisis setelah sepuluh hari.
Perubahan uterus ini
berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada miometrium. Pada miometrium
terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini
dialirkan melalui pembuluh getah bening.
Decidua tertinggal dalam
uterus setelah separasi dan ekspulsinplasenta dan membrane yang terdiri dari
lapisan zona basalis dan suatu bagian lapisan zona spongiosa pada decidua
basalis (tempat implantasi plasenta) dan decidua parietalis (lapisan sisa
uterus). Decidua yang tersisa ini menyusun kembali menjadi dua lapisan sebagai
hasil invasi leukosit yaitu :
1)Suatu degenerasi nekrosis lapisan superficial yang akan
terpakai lagi sebagai bagian dari pembuangan lochia dan lapisan dalam dekat
miometrium.
2)Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan
basalis.
Endometrium akan
diperbaharui oleh proliferasi epithelium endometrium. Regenerasi endometrium
diselesaikan selama pertengahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga
kecuali di tempat implantasi plasenta.
Dengan involusi uterus
ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan,
suatu campuran antara darah yang dinamakan lochia, yang biasanya berwarna merah
muda atau putih pucat. Pengeluaran Lochia ini biasanya berakhir dalam waktu 3
sampai 6 minggu.
b.Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan,
tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan
kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir
minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka
bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang
demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara
dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari
sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
Regenerasi endometrium
terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Epitelium
berproliferasi meluas ke dalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar
uterus serta di bawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa kelenjar
basilar endometrial di dalam deciduas basalis. Pertumbuhan kelenjar endometrium
ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini pada
hakekatnya mengikis pembuluh darah yang meembeku pada tempat implantasi
plasenta yang menyebabkannya menjadi terkelupas dan tak dipakai lagi pada
pembuangan lochia.
c.Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan
diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus,
setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus
menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turunâ€
setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia
menjadi agak kendor.
d.Perubahan pada Serviks
Serviks mengalami
involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Beberapa hari setelah
persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak
rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu
pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervikallis.
Pada serviks terbentuk
sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Karena
hyper palpasi ini dank arena retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi
sembuh. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum tidak serupa
dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum lebih besar dan tetap
ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir
sampingnya. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir
belakang pada serviks.
e.Lochia
Dengan adanya involusi
uterus, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
Campuran antara darah dan decidua tersebut dinamakan Lochia, yang biasanya
berwarna merah muda atau putih pucat.
Lochia adalah ekskresi
cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Lochia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat
dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik Lochia
terdiri dari eritrosit, peluruhan deciduas, sel epitel dan bakteri. Lochia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran Lochia dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya :
a.Lochia Rubra/ merah (kruenta)
Lochia ini muncul pada
hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Sesuai dengan namanya,
warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta
dans erabut dari deciduas dan chorion. Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah.
b.Lochia Serosa
Lochia ini muncul pada
hari kelima sampai kesembilan postpartum. Warnanya biasanya kekuningan atau
kecoklatan. Lochia ini terdiri dari lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,
juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
c.Lochia Alba
Lochia ini muncul lebih
dari hari kesepuluh postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan
lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati.
Bila pengeluaran Lochia
tidak lancar maka disebut Lochiastasis. Kalau Lochia tetap berwarna merah
setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena
involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri.
Lochia mempunyai suatu
karakteristik bau yang idak sama dengan secret menstrual. Bau yang paling kuat
pada Lochia Serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang menandakan infeksi.
Lochia disekresikan
dengan jumlah banyak pada awal jam postpartum yang selanjutnya akan berkurang
sejumlah besar sebagai lochia rubra, sejumlah kecil sebagai lochia serosa dan
sejumlah lebih sedikit lagi lochia alba.
Umumnya jumlah lochia
lebih sedikit bila wanita postpartum berada dalam posisi berbaring daripada
berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas
manakala wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar
manakala dia berdiri.
Total jumlah rata-rata
pembuangan Lochia kira-kira 8 hingga 9 oz atau sekitar 240 hingga 270 ml.
(Varney’s Midwifery)
f.Perubahan pada Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina
mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan
bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
Segera setelah melahirkan,
perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi
yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.
Ukuran vagina akan
selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus
tersebut dan dapat mengencangkan vagina
hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan
latihan harian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar